Data terbaru, kasus penipuan berbasis AI di Indonesia telah meningkat sebesar 1.550% sejak tahun 2022. Sementara itu, pencurian identitas juga mengalami kenaikan sebesar 25% pada tahun 2023, menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari Rp500 miliar.

Deepfake AI memungkinkan pelaku untuk memanipulasi wajah dan suara seseorang dengan sangat realistis, sehingga korban sulit membedakan antara yang asli dan palsu. Bahkan, deepfake kini digunakan untuk menipu orang-orang dengan menyamar sebagai anggota keluarga atau figur berwenang.

Tools untuk membuat deepfake itu tidak rumit. Bahkan malware bisa dibeli dengan harga Rp500 ribu dan digunakan berkali-kali untuk menipu ratusan hingga jutaan korban.

Lonjakan penipuan berbasis AI menjadi peringatan serius. Jika tidak segera diatasi, kerugian finansial maupun reputasi akan terus meningkat. Industri keuangan perlu beradaptasi dan memperkuat sistem keamanan.