JAKARTA - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengobarkan retorika keras terhadap Iran. Kali ini dengan menyuarakan tuntutan agar negara itu melucuti total seluruh program nuklirnya, termasuk program yang diklaim untuk keperluan sipil.&nbsp;Trump menilai bahwa energi nuklir sipil tidak dibutuhkan oleh Iran dan justru menjadi dalih untuk menyembunyikan ambisi militer. Pernyataan Trump ini datang di tengah ketegangan baru antara Amerika Serikat dan Iran menyusul tertundanya putaran keempat perundingan nuklir yang dijadwalkan berlangsung pada 3 Mei 2025 di Muscat, Oman.&nbsp;"Energi sipil, begitulah namanya. Namun, Anda tahu, energi sipil sering kali mengarah pada perang militer. Dan kami tidak ingin mereka memiliki senjata nuklir. Ini adalah kesepakatan yang sangat sederhana. Pelucutan total, itulah yang kami inginkan," ujar Trump, kala memberikan pidato di Waashington, Minggu, 5 Mei 2025.Menteri Luar Negeri Oman menyebut penundaan tersebut terjadi karena kendala logistik, meskipun banyak analis melihatnya sebagai refleksi dari ketegangan diplomatik yang kian memburuk.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/bca-tekankan-pentingnya-literasi-keuangan-untuk-kemajuan-perempuan-indonesia">BCA Tekankan Pentingnya Literasi Keuangan untuk Kemajuan Perempuan Indonesia</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/ungguli-thailand-dan-vietnam-nilai-tambah-manufaktur-ri-masuk-12-besar-dunia">Ungguli Thailand dan Vietnam, Nilai Tambah Manufaktur RI Masuk 12 Besar Dunia</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/kompolnas-kejahatan-siber-ancaman-global-bukan-lagi-masalah-lokal">Kompolnas: Kejahatan Siber Ancaman Global, Bukan Lagi Masalah Lokal</a></li></ul><h3>Negosiasi Mandek, Retorika Mengeras</h3>Sebelumnya, perundingan antara Amerika Serikat dan Iran telah berlangsung dalam tiga putaran, yakni pada 12 April di Muscat, 19 April di Roma, dan 26 April yang kembali digelar di Muscat. Meski intensitas diplomasi cukup tinggi, hingga kini belum ada kesepakatan berarti yang dihasilkan dari proses tersebut.&nbsp;Donald Trump, yang selama masa kepresidenannya secara sepihak menarik AS dari Kesepakatan Nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), tetap bersikukuh bahwa satu-satunya cara efektif untuk memastikan Iran tidak mengembangkan senjata nuklir adalah dengan meniadakan seluruh infrastruktur nuklir yang dimiliki negara tersebut.&nbsp;Sikap ini dinilai sejumlah pengamat sebagai langkah ekstrem yang tidak realistis dan justru bisa memperkeruh situasi. Banyak pihak menyatakan bahwa program nuklir sipil merupakan hak negara yang dijamin dalam Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) selama tidak digunakan untuk kepentingan militer.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/bca-tekankan-pentingnya-literasi-keuangan-untuk-kemajuan-perempuan-indonesia">BCA Tekankan Pentingnya Literasi Keuangan untuk Kemajuan Perempuan Indonesia</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/ungguli-thailand-dan-vietnam-nilai-tambah-manufaktur-ri-masuk-12-besar-dunia">Ungguli Thailand dan Vietnam, Nilai Tambah Manufaktur RI Masuk 12 Besar Dunia</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/kompolnas-kejahatan-siber-ancaman-global-bukan-lagi-masalah-lokal">Kompolnas: Kejahatan Siber Ancaman Global, Bukan Lagi Masalah Lokal</a></li></ul><h3>Dampak Penarikan AS dari JCPOA</h3>Ketika Trump menjabat pada 2018, ia secara sepihak menarik AS dari perjanjian JCPOA, kesepakatan penting yang dibuat pada 2015 antara Iran dan negara-negara besar dunia, termasuk Uni Eropa. Kesepakatan tersebut memberikan pembatasan ketat terhadap aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.Namun, penarikan Trump dari JCPOA justru membuat Iran mengurangi komitmennya secara bertahap, termasuk meningkatkan kadar pengayaan uranium dan memperluas aktivitas penelitian nuklir.&nbsp;Situasi ini memicu keprihatinan global bahwa Iran bisa saja kembali berada di ambang kemampuan membuat senjata nuklir, sesuatu yang terus dibantah oleh Teheran.Trump juga mengkritik kebijakan luar negeri pemerintahan dunia yang dianggap terlalu lunak terhadap Iran. Ia menyebut bahwa pendekatan diplomatik hanya memberi waktu bagi Iran untuk memanipulasi dunia internasional.Pernyataan Trump ini justru dianggap kontraproduktif oleh sejumlah diplomat. Mereka menilai, pendekatan semacam ini hanya akan menghambat diplomasi dan meningkatkan risiko konfrontasi militer terbuka di Timur Tengah.Banyak pihak khawatir bahwa AS akan kembali ke jalur “tekanan maksimum” terhadap Iran, yang bisa menghancurkan segala kemajuan diplomasi yang telah dicapai dan memperburuk stabilitas global.Saat ini, komunitas internasional terus mendorong agar kedua pihak kembali ke meja perundingan dan menemukan jalan tengah. Namun, dengan meningkatnya retorika dan saling tuding, harapan untuk menemukan solusi damai tampaknya masih jauh dari kenyataan.

AMIRUDDIN ZUHRI.png

trump.jpg

Trump menilai bahwa energi nuklir sipil tidak dibutuhkan oleh Iran dan justru menjadi dalih untuk menyembunyikan ambisi militer.

Harga Emas Hari Ini

Trump Ngotot Lucuti Nuklir Iran: Program Sipil pun Dianggap Ancaman