JAKARTA – Kemunculan neobank alias <a href="https://www.trenasia.com/wow-transaksi-digital-banking-2021-di-indonesia-diramal-tembus-rp32-kuadriliun/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">bank digital di Indonesia</a> memang masih sangat baru. Meski begitu, berbagai kalangan sudah banyak yang menghitung-hitung apakah kehadiran bank digital ini akan menjadi ancaman bank konvensional atau justru peluang.



Menjawab hal ini, Plt. Deputi Direktur Arsitektur Perbankan Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tony, mengatakan bank digital dapat menjadi pesaing atau ancaman bank konvensional pada segmen kredit ritel.



Alasannya, sejauh ini ia melihat target pasar serta kemampuan layanan bank digital masih terbatas pada segmen tersebut. Di sisi lain, perbankan konvensional memiliki banyak segmen pembiayaan, seperti kredit korporasi, wealth management, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dan ritel.



“Paling ya bersaing di kredit ritel atau perorangan seperti kita-kita ini. Kalau kredit korporasi masih jauh kemampuannya (bank digital),” kata Tony dalam webinar KoinWorks, Rabu, 24 Februari 2021.


<ul class="wp-block-latest-posts__list wp-block-latest-posts"><li><a href="https://www.trenasia.com/11-bank-biayai-proyek-tol-serang-panimbang-rp6-triliun/">11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/ptpp-hingga-mei-2021-raih-kontrak-baru-rp67-triliun/">PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/rilis-rapid-fire-mnc-studios-milik-hary-tanoe-gandeng-pengembang-game-korea/">Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/anies-baswedan-tunggu-titah-jokowi-untuk-tarik-rem-darurat-hingga-lockdown/">Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/ipo-akhir-juni-2021-era-graharealty-dapat-kode-saham-ipac/">IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC</a></li>
</ul>


Alasannya, tiap segmen nasabah memiliki kebutuhan layanan dan teknologi yang berbeda-beda. Inilah yang membuat bank-bank dalam kelompok BUKU IV belum terlalu agresif bertransformasi sepenuhnya ke digital.



Menurut dia, dengan segmen nasabah yang banyak dengan kebutuhan yang berbeda, maka bank-bank tersebut membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyiapkan ekosistem yang bisa mewadahi semua nasabah yang sudah digarapnya saat ini.



“Bayangkan, nilai transaksi korporasi besar seperti Pertamina dengan ritel kan beda. Maka kebutuhan teknologi dan keamanannya akan beda juga,” tambahnya.



Sehingga sampai saat ini, korporasi besar masih sangat mengandalkan perbankan besar dalam mengelola transaksi. (SKO)

ANANDA.png

Mitra Driver Gojek menunggu customer di dekat logo Bank Jago di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Selasa, 16 Februari 2021. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia

ilustrasi-bank-jago

Kemunculan neobank alias bank digital di Indonesia memang masih sangat baru. Meski begitu, berbagai kalangan sudah banyak yang menghitung-hitung apakah kehadiran bank digital ini akan menjadi ancaman bank konvensional atau justru peluang.

Rekomendasi

Tenang, OJK Jamin Neobank Masih Jauh Sasar Kredit Korporasi