AMIRUDDIN ZUHRI.png

JAKARTA-  Seseorang yang yang pernah terkena COVID-19 disebut telah secara otomatis memiliki kekebalan terhadap virus tersebut. Apakah berarti tidak perlu mendapatkan vaksin COVID-19?



Meski Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) belum memberikan rekomendasi, namun, pakar kesehatan menyarankan Anda tetap memerlukannya.


<ul class="wp-block-latest-posts__list wp-block-latest-posts"><li><a href="https://www.trenasia.com/online-trends-are-booming-serial-1-exploring-the-drivers-of-indonesias-digital-economy/">Online Trends are Booming (Serial 1): Exploring the Drivers of Indonesia&#8217;s Digital Economy</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/ugm-jadikan-wisma-kagama-dan-uc-hotel-sebagai-selter-covid-19/">UGM Jadikan Wisma Kagama dan UC Hotel Sebagai Selter COVID-19</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/bangun-infrastruktur-baru-google-perluas-layanan-cloud-di-india/">Bangun Infrastruktur Baru, Google Perluas Layanan Cloud di India</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/bantu-start-up-erick-refocusing-telkom-dan-telkomsel/">Bantu Start Up, Erick Refocusing Telkom dan Telkomsel</a></li>
<li><a href="https://www.trenasia.com/booming-tren-daring-serial-5-sdm-dan-infrastruktur-tertinggal-perlindungan-data-tak-andal/">Booming Tren Daring (Serial 5): SDM dan Infrastruktur Tertinggal, Perlindungan Data Tak Andal</a></li>
</ul>


Asisten profesor kedokteran di Northwest University Feinberg School of Medicine, Chicago, Michelle Prickett mengatakan, salah satu alasannya, Anda masih bisa terkena COVID-19 lagi.



&#8220;Pasien yang telah terinfeksi COVID-19 harus tetap mendapatkan vaksin. Kami tidak yakin infeksi sebelumnya akan menyebabkan kekebalan seumur hidup. Data saat ini menunjukkan infeksi sebelumnya dapat memberikan kekebalan selama sekitar enam bulan,&#8221; kata dia seperti dilansir dari Livestrong, Sabtu 26 Desember 2020.



Meskipun tidak umum, tetapi para penyintas bisa terinfeksi kembali COVID-19. Satu laporan dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases mengungkapkan, infeksi kedua pada seorang pemuda asal Nevada lebih buruk daripada yang pertama, membuatnya dirawat rumah sakit untuk mendapatkan oksigen.



Profesor di departemen ilmu kesehatan, Virginia Tech, Lisa Lee mengatakan, Anda perlu tetap divaksin karena belum adanya kepastian tentang berapa lama kekebalan benar-benar bertahan.



&#8220;Dalam hal keamanan, tidak menjadi masalah untuk divaksinasi (setelah sembuh dari COVID-19), dan itu pasti akan membantu mencegah seseorang terinfeksi lagi,&#8221; kata dia.



<h6>Menjaga Orang Lain</h6>



Alasan lainnya Anda tetap harus divaksin, Anda dapat membantu menjaga orang lain tetap aman dari COVID-19.



&#8220;Salah satu tujuan utama vaksinasi adalah untuk melindungi orang yang tidak bisa mendapatkan vaksin,&#8221; kata Lee.



Jika cukup banyak orang yang divaksinasi, maka akan tercipta kekebalan kawanan yang merupakan perlindungan komunitas.



&#8220;Jika kawanan tidak bisa tertular infeksi, mereka tidak bisa menularkannya kepada orang yang rentan. Pada dasarnya, kekebalan kawanan menciptakan semacam pelindung di sekitar mereka yang rentan, infeksi tidak dapat menembus dan mencapai mereka,&#8221; demikian tutur Lee.

Vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech China / Reuters

vaksin-covid-buatan-sinovac-biotech-china

Vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech China / Reuters

Sudah Pernah Terkena COVID-19, Apakah Masih Butuh Vaksin?

JAKARTA-  Seseorang yang yang pernah terkena COVID-19 disebut telah secara otomatis memiliki kekebalan terhadap virus tersebut. Apakah berarti tidak perlu mendapatkan vaksin COVID-19? Meski Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) belum memberikan rekomendasi, namun, pakar kesehatan menyarankan Anda tetap memerlukannya. Asisten profesor kedokteran di Northwest University Feinberg School of Medicine, Chicago, Michelle Prickett [&hellip;]