JAKARTA – Emiten maskapai plat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) kembali menjadi pusat perhatian dalam upaya pemulihan kondisi keuangannya. Kali ini, rencana suntikan dana signifikan sekitar US$500 juta (setara Rp8,15 triliun) dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) menjadi agenda utama.&nbsp;Inisiatif ini, menurut laporan Bloomberg, adalah permintaan langsung manajemen GIAA, menandai babak baru dalam mekanisme dukungan negara. Kendati ini, berbeda denganPenyertaan Modal Negara (PMN) yang diterima sebelumnya, dukungan oleh Danantara ini memicu beragam diskusi.Berdasarkan sumber Bloomberg yang mengetahui rencana tersebut bahwa keputusan final pendanaaan Danantara kepada Garuda Indonesia diharapkan paling lambat pada Juli tahun ini, dengan penyaluran dana akan dilakukan dalam dua tahap.&nbsp;<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/13-daftar-promo-makanan-spesial-iduladha-2025-dan-libur-panjang">13 Daftar Promo Makanan Spesial Iduladha 2025 dan Libur Panjang</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/50-ucapan-iduladha-2025-penuh-doa-dan-makna">50 Ucapan Iduladha 2025 Penuh Doa dan Makna</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/timnas-wajib-menang-lawan-jepang-dan-china-demi-tiket-piala-dunia-2026">Timnas Wajib Menang Lawan Jepang dan China Demi Tiket Piala Dunia 2026</a></li></ul>Mereka mengungkapkan alokasi dana tersebut tidak hanya untuk perbaikan finansial GIAA secara umum, tetapi juga secara spesifik untuk anak usahanya, Citilink. Dana untuk Citilink digunakan untuk mengaktifkan kembali lebih dari selusin armada pesawatnya yang saat ini tidak beroperasi.Sejalan dengan upaya revitalisasi Citilink, pemerintah juga dilaporkan tengah mengkaji opsi strategis untuk memindahkan kendali maskapai berbiaya rendah tersebut ke PT Pertamina. Meskipun demikian, baik diskusi mengenai detail pendanaan Danantara maupun opsi terkait Citilink ini masih terus berlangsung.&nbsp;Sementara itu, pihak maskapai bersandikan GIAA sendiri, belum memberikan tanggapan resmi terkait perkembangan ini. Namun, mengingat munculnya rumor sejak pertengahan Mei yang belum menyebutkan nominal penyuntikan, Garuda Indonesia hanya menyerahkan kepada pemegang saham.&nbsp;<h3>Mekanisme Baru</h3>Info saja, per bulan Maret 2025, pemerintah Indonesia telah memindahkan kepemilikan saham mayoritasnya (sekitar 65%) di Garuda Indonesia ke Danantara. Ini merupakan bagian dari langkah reformasi tata kelola BUMN di Indonesia.Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, telah memberikan klarifikasi penting terkait skema pendanaan ini. Ia menegaskan bahwa dukungan kali ini bukanlah Penyertaan Modal Negara (PMN) seperti yang biasa diterima Garuda.&nbsp;Dana dari Danantara akan disalurkan sebagai "dana segar" dengan pendekatan korporasi yang lebih modern, baik untuk kebutuhan operasional maupun investasi strategis. "PMN konotasi zaman dulu itu kan dari pemerintah nyuntik ke BUMN sendiri, kalau sekarang kan sudah berbeda," ujar Erick dikutip pada Kamis, 5 Juni 2025.Lebih lanjut, Erick Thohir menjelaskan bahwa langkah pendanaan ini juga selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto. Tujuannya adalah untuk membangun perusahaan penerbangan nasional yang tangguh, yang mampu menjadi motor penggerak sektor pariwisata, serta melayani kebutuhan penerbangan domestik, internasional, haji, dan umrah secara optimal dan berdaya saing tinggi.&nbsp;Upaya ini merupakan bagian dari strategi besar untuk memastikan Garuda Indonesia dapat terus berkontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Selain itu, kebutuhan akan dukungan finansial ini tercermin dari kondisi keuangan Garuda.&nbsp;<h3>Kinerja GIAA dan Track Rekord PMN</h3>Hingga Desember 2024, maskapai ini dilaporkan memiliki utang sekitar US$1,4 miliar lebih banyak daripada total asetnya. Meskipun pada kuartal I 2025 GIAA masih mencatatkan rugi bersih US$76,48 juta, angka ini menunjukkan perbaikan dibandingkan kerugian US$87,03 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya, didukung oleh kenaikan tipis pendapatan usaha.Upaya pemulihan ini juga tidak lepas dari sejarah dukungan negara sebelumnya. PMN terakhir sebesar Rp7,5 triliun cair pada 20 Desember 2022, bersumber dari APBN 2022. Dana tersebut dialokasikan untuk restrukturisasi, perawatan dan restorasi armada, serta penguatan modal kerja, dan secara tegas dinyatakan tidak untuk membayar utang-utang lama perusahaan.Perjalanan finansial Garuda memang menunjukkan dinamika yang signifikan. Setelah mencatatkan laba tipis US$6,98 juta pada 2019, maskapai ini dihantam keras oleh pandemi yang menyebabkan kerugian masif mencapai US$2,47 miliar pada 2020 dan US$4,14 miliar pada 2021.Barulah terjadi pembalikan kondisi terjadi pada 2022 dengan laba US$3,73 miliar, namun pencapaian ini perlu dilihat dengan catatan bahwa sebagian besar ditopang oleh pendapatan dari proses restrukturisasi utang.<h3>Potensi Risiko Sistemik</h3>Namun, rencana investasi Danantara ini menuai sorotan dari Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira. Ia mempertanyakan kesesuaian peran Danantara sebagai&nbsp;sovereign wealth fund&nbsp;untuk terlibat dalam penyelamatan BUMN, dan menilai langkah ini berpotensi menjadikan Danantara "tukang cuci piring BUMN bermasalah".Bhima juga khawatir pendanaan ini dapat membebani BUMN lain yang sehat, mengingat sumber dana Danantara salah satunya berasal dari dividen BUMN. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu kinerja perusahaan negara yang sudah baik.Lebih jauh, ia melihat potensi risiko sistemik terhadap sektor keuangan jika langkah ini dilakukan. Bhima pun menyarankan alternatif lain seperti likuidasi atau merger untuk penanganan BUMN yang bermasalah.Danantara sendiri, melalui COO Dony Oskaria, secara terpisah diketahui tengah menjalankan proses restrukturisasi pengelolaan BUMN secara lebih luas, tidak terkecuali Garuda Indonesia, yang melibatkan empat tahapan dimulai dengan&nbsp;business fundamental review&nbsp;yang ditargetkan rampung Oktober tahun ini.Oleh karena itu,&nbsp;upaya Danantara untuk melakukan&nbsp;reprofiling&nbsp;dan&nbsp;turnaround&nbsp;bisnis pada perusahaan-perusahaan BUMN ini menunjukkan adanya pendekatan strategis jangka panjang dalam pengelolaan aset negara, dengan potensi sumber dana untuk Garuda disebut bisa berasal dari dividen BUMN tahun 2024.

AMIRUDDIN ZUHRI.png

WhatsApp Image 2022-12-20 at 09.56.52.jpeg

Mereka mengungkapkan alokasi dana tersebut tidak hanya untuk perbaikan finansial GIAA secara umum, tetapi juga secara spesifik untuk anak usahanya, Citilink.

Harga Emas Hari Ini

Rumor Danantara Suntik Modal ke Garuda Indonesia, Analis Soroti Risiko Sistemik