IDHAM.png

JAKARTA – Pasar keuangan global mencatat pergerakan yang bervariasi sepanjang pekan lalu. Sementara itu, investor di pasar domestik mendapat angin segar dari kebijakan pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) serta surplus fiskal. Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, mengungkapkan sejumlah faktor global dan domestik yang memengaruhi sentimen investor selama sepekan terakhir.&nbsp; Indeks utama Wall Street, yakni Dow Jones dan S&amp;P 500, ditutup melemah pada Jumat pekan lalu masing-masing sebesar 0,6% dan 0,7% ke level 41.603,1 dan 5.802,8. Penurunan ini menandai penurunan selama empat hari berturut-turut, dan dipicu oleh kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.&nbsp; “Sentimen investor global cukup tertekan karena lonjakan yield Treasury AS, yang mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap potensi lonjakan pasokan utang di masa depan,” jelas Rully Arya Wisnubroto melalui hasil risetnya, dikutip Senin, 26 Mei 2025.&nbsp;<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/6-band-indonesia-dengan-tarif-manggung-selangit-ada-atf">6 Band Indonesia dengan Tarif Manggung Selangit, Ada ATF</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/daftar-harga-sapi-dan-kambing-kurban-2025">Daftar Harga Sapi dan Kambing Kurban 2025</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/bmkg-prediksi-kemarau-basah-hingga-agustus-2025-simak-tips-jaga-kesehatan">BMKG Prediksi Kemarau Basah Hingga Agustus 2025, Simak Tips Jaga Kesehatan</a></li></ul>Sementara itu, pasar saham di Eropa dan Asia menunjukkan kinerja yang bervariasi. Di Jepang, percepatan inflasi inti menjadi sorotan utama, sementara di Eropa, kekhawatiran meningkat akibat ancaman mantan Presiden Donald Trump yang berencana memberlakukan tarif impor sebesar 50% terhadap produk-produk dari Uni Eropa jika terpilih kembali.&nbsp;<h2>Rencana Trump dan Kenaikan Yield Picu Kekhawatiran Pasar&nbsp;</h2>Rully menjelaskan bahwa rencana Trump yang dikenal dengan nama “One Big Beautiful Bill Act” telah menjadi perhatian utama pelaku pasar. RUU tersebut telah disetujui oleh Komite Anggaran DPR AS, namun belum mendapat lampu hijau dari Senat.&nbsp; “RUU ini mencakup pemangkasan pajak permanen dan perubahan besar dalam pengeluaran pemerintah. Jika disahkan, dampaknya bisa sangat besar terhadap defisit fiskal AS dalam beberapa tahun mendatang,” ujar Rully.&nbsp; Dampak dari kebijakan fiskal tersebut telah mendorong lonjakan yield Treasury AS bertenor 20 dan 30 tahun, masing-masing mencapai 5,03% dan 5,04%, tertinggi sejak Januari. Kenaikan yield ini juga telah menekan nilai tukar dolar AS.&nbsp;<ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://m.trenasia.com/mau-dicaplok-perusahaan-singapura-saham-tguk-naik-paling-tinggi">Mau Dicaplok Perusahaan Singapura, Saham TGUK Naik Paling Tinggi</a></li></ul><h2>Pasar Saham Indonesia Menguat, Didorong oleh Pemangkasan Suku Bunga BI&nbsp;</h2>Sementara pasar global dibayangi ketidakpastian, pasar saham Indonesia justru mencatat kinerja positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup dua pekan berturut-turut dengan kenaikan. IHSG ditutup di level 7.214,2 atau naik 6,6% secara month-to-date (mtd), tertinggi dalam hampir empat bulan terakhir.&nbsp; “Penguatan pasar saham domestik ditopang oleh arus masuk investor asing yang cukup kuat dan kebijakan pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia,” terang Rully.&nbsp; Selain itu, sejumlah indikator ekonomi domestik juga mendukung sentimen positif, seperti kembalinya neraca fiskal ke zona surplus hingga April 2025 (4M25) dan menyempitnya defisit transaksi berjalan pada kuartal I 2025.&nbsp;<h2>Sektor Perbankan Diprediksi Unggul dalam Jangka Pendek&nbsp;</h2>Rully menambahkan, meskipun indikator ekonomi menunjukkan arah yang positif, investor tetap disarankan untuk berhati-hati karena ada tanda-tanda perlambatan ekonomi dan potensi pelemahan laba perusahaan.&nbsp; “Dalam jangka pendek, kami memperkirakan pasar obligasi akan diuntungkan oleh suku bunga kebijakan yang lebih rendah dan penguatan nilai tukar rupiah,” kata Rully.&nbsp; Ia juga menyoroti bahwa sektor saham yang sensitif terhadap suku bunga, terutama sektor perbankan, berpotensi mencatatkan kinerja yang unggul dalam waktu dekat. “Saham perbankan seperti BMRI dan BBCA masih menjadi pilihan utama kami,” tambahnya.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/adro-dan-mdka-pimpin-top-gainer-lq-45-ditutup-menguat-di-811-65">ADRO dan MDKA Pimpin Top Gainer, LQ45 Ditutup Menguat di 811,65</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/ihsg-hari-ini-20-mei-2025-dibuka-naik-52-91-poin-ke-7-194-00">IHSG Hari Ini 20 Mei 2025 Dibuka Naik 52,91 Poin ke 7.194,00</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/demo-ojol-keluhkan-sistem-aceng-dan-slot-apa-itu">Demo Ojol: Keluhkan Sistem Aceng dan Slot, Apa Itu?</a></li></ul>Secara keseluruhan, pasar keuangan saat ini berada dalam fase yang cukup dinamis dengan kombinasi antara tekanan eksternal dan respons kebijakan domestik. Pelaku pasar tetap perlu mencermati potensi risiko yang mungkin muncul, baik dari kebijakan fiskal AS, dinamika geopolitik, maupun perkembangan ekonomi global ke depan.&nbsp; Dengan perhatian yang cermat terhadap indikator ekonomi dan kebijakan bank sentral, investor diharapkan mampu menavigasi pasar dengan strategi yang tepat. Di tengah ketidakpastian global, peluang investasi di sektor-sektor tertentu seperti perbankan masih terbuka lebar, terutama bagi mereka yang mampu membaca arah suku bunga dan likuiditas pasar.

Ilustrasi orang di luar bank. (Freepik/pch.vector)

Ilustrasi orang di luar bank.

Pasar keuangan global mencatat pergerakan yang bervariasi sepanjang pekan lalu. Sementara itu, investor di pasar domestik mendapat angin segar dari kebijakan pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) serta surplus fiskal. Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, mengungkapkan sejumlah faktor global dan domestik yang memengaruhi sentimen investor selama sepekan terakhir. 

Harga Emas Hari Ini

Pasar AS Kacau Karena Trump dan Yield Tinggi, Saham Bank RI Jadi Primadona di Tengah Ketidakpastian