Korea Utara kembali menembakkan rudal di lepas pantai
timurnya pada hari Rabu (02/10/2019). Jumlah rudal yang ditembakkan berbeda
antara pendapat Korea Selatan dan Jepang. Jika Seoul menyebut satu rudal
ditembakkan, Tokyo mengatakan ada dua dengan salah satunya jatuh di zona
ekonomi ekslusif milik negara tersebut.



Korea Selatan juga mengatakan ada kemungkinan rudal diluncurkan
dari kapal selam atau dikenal sebagai submarine-launched ballistic missiles
(SLBM). Satu rudal dideteksi Korea Selatan terbang 450 km &nbsp;dan mencapai ketinggian 910 km dan kemungkinan
adalah senjata kelas Pukguksong, rudal balistik yang diluncurkan dari kapal
selam (SLBM).



Pyongyang terus melakukan sejumlah tes rudal dalam beberapa
bulan terakhir di tengah kemacetan pembicaraan dengan Amerika Serikat soal
denuklirisasi. Tes sebelumnya telah menampilkan berbagai senjata jarak pendek,
termasuk artileri roket dan rudal balistik jarak pendek. Tes yang terakhir
adalah pada 10 September 2019.



Sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik, dari mana dan
bagaimana Korea Utara bisa membuat rudal canggih sementara negara ini dikenal
miskin dan terisolasi karena ketatnya sanksi internasional.



Korea Utara meluncurkan rudal balistik sejak tahun 1970-an,
ketika pertama kali mendapat peluncur Scud-B Soviet dari Mesir sebagai imbalan
atas bantuan di tahun 1973 ketika perang Arab-Israel. &nbsp;Korea Utara kemudian membangun salinan Rudal
Scud pada 1980-an dan disebut Hwasong-5 dan Hwasong-6.



Pada tahun 1990, Korea Utara telah menghasilkan versi
upgrade disebut Nodong, yang memiliki jangkauan lebih panjang dan kapasitas
muatan yang lebih besar. Nodong yang sempat dikhawatirkan Barat ketika pada
tanggal 4 Juli 2009 Korea Utara menembakkan tujuh &nbsp;rudal tersebut dari pantai timur.



Berikutnya Korea Utara membangun roket dua tahap Taepodong-1
yang menggunakan Hwasong di atas Nodong, yang bisa membawa muatan satu ton dan
jangkauan 1.500 kilometer.



Pada bulan Agustus 1998, dalam upaya orbital pertama Korea Utara,
Taeopodong 1 dengan tambahan tahap ketiga lepas landas dengan satelit kecil
yang disebut Kwangmhyongsong-1. Peluncuran gagal ketika tahap ketiga tidak
menyala. 



Korea Utara kemudian mulai bekerja pada sebuah rudal
penerus, yang disebut Taepodong-2, yang diluncurkan hanya sekali, pada bulan
Juli 2006. Rudal meledak 40 detik setelah diluncurkan. Sebuah rudal yang
disebut Taepodong-X dikabarkan sudah dibuat tetapi belum diuji. Tetapi sedikit
sekali informasi tentang roket ini.



Kemudian muncul rudal Unha-3 dengan bobot 91 ton yang
merupakan versi modifikasi dari Unha-2 yang diluncurkan pada tahun 2009 dan
dikecam keras oleh PBB karena menganggap hal itu sebagai uji coba rudal
balistik dan segera memperketat sanksi ekonomi terhadap negara itu. 



Tetapi upaya uji kedua juga berakhir dengan kegagalan ketika tahap ketiga roket gagal untuk menyala dan jatuh ke Samudera Pasifik.



<figure class="wp-block-image"><img data-attachment-id="5997" data-permalink="https://www.trenasia.com/miskin-dan-terisolasi-bagaimana-korea-utara-bisa-membuat-rudal-canggih/korea2/" data-orig-file="https://cdn.kmbmedia.id/uploads/2019/10/korea2.jpg?fit=468%2C596&amp;ssl=1" data-orig-size="468,596" data-comments-opened="1" data-image-meta="{&quot;aperture&quot;:&quot;0&quot;,&quot;credit&quot;:&quot;The credit \u201cGRAPHIC NEWS\u201d mu&quot;,&quot;camera&quot;:&quot;&quot;,&quot;caption&quot;:&quot;April 5, 2013 -- North Korea is believed to have more than 1,000 short to medium-range missiles which could strike South Korea and Japan, but its long-range rockets have a particularly bad track record -- of seven launches since 1998, six ended in failure. Graphic shows North Korea\u2019s family of missiles and rockets.&quot;,&quot;created_timestamp&quot;:&quot;1365120000&quot;,&quot;copyright&quot;:&quot;\u00a9 Copyright 2013 Graphic News. Reprint by permission only. All rights reserved.&quot;,&quot;focal_length&quot;:&quot;0&quot;,&quot;iso&quot;:&quot;0&quot;,&quot;shutter_speed&quot;:&quot;0&quot;,&quot;title&quot;:&quot;NORTH KOREA: Missile systems&quot;,&quot;orientation&quot;:&quot;1&quot;}" data-image-title="korea2" data-image-description="" data-medium-file="https://cdn.kmbmedia.id/uploads/2019/10/korea2.jpg?fit=236%2C300&amp;ssl=1" data-large-file="https://cdn.kmbmedia.id/uploads/2019/10/korea2.jpg?fit=468%2C596&amp;ssl=1" loading="lazy" width="468" height="596" src="https://i2.wp.com/www.trenasia.com/wp-content/uploads/2019/10/korea2.jpg?resize=468%2C596&#038;ssl=1" alt="" class="wp-image-5997" srcset="https://cdn.kmbmedia.id/uploads/2019/10/korea2.jpg?w=468&amp;ssl=1 468w, https://cdn.kmbmedia.id/uploads/2019/10/korea2.jpg?resize=236%2C300&amp;ssl=1 236w, https://cdn.kmbmedia.id/uploads/2019/10/korea2.jpg?resize=330%2C420&amp;ssl=1 330w" sizes="(max-width: 468px) 100vw, 468px" data-recalc-dims="1" /><figcaption>Perkiraan jangkauan berbagai rudal Korea Utara</figcaption></figure>



Tahap Kedua



Tahap kedua lebih ramping yang merupakan desain lebih maju.
Menurut David Wright, ilmuwan senior dan wakil direktur Persatuan Ilmuwan
Peduli Keamanan Global &nbsp;tahap kedua ini
identik dengan rudal balistik R-27 Soviet yang oleh NATO disebut sebagai SS-N-6.




Rudal ini merupakan roket yang diluncurkan dari kapal selam.
Tahap itu memiliki tiga mesin: mesin utama untuk penggerak dan dua mesin lain
lebih kecil untuk kemudi. &#8220;Saya ragu mereka tahu bagaimana membangun mesin
itu,&#8221; kata Wright. 



Bagian ini menggunakan bahan cair yang terbakar, mudah
menguap, dan beracun. Soviet pertama kali menggunakan &nbsp;SS-N-6 tahun 1968. Korea Utara punya beberapa
pada 1990-an dan dimodifikasi mereka untuk digunakan sebagai rudal jarak
menengah.



Tahap ketiga tampaknya identik dengan booster Safir-2 buatan
Iran. Biasanya roket ini digunakan iran untuk menempatkan satelit kecil ke
orbit pada bulan Februari 2009. Safir-2 menggunakan motor kemudi kecil dari
SS-N-6 untuk propulsi.



&#8220;Ada bukti kuat bahwa program pengembangan rudal
Pyongyang sangat tergantung pada teknologi dan bantuan dari para ahli rudal
Rusia, meskipun mungkin tanpa keterlibatan pemerintah Rusia,&#8221; tulis Wright
dalam analisis di Buletin Atomic Science edisi Maret 2009.

AMIRUDDIN ZUHRI.png

korea-utara-rudal

Korea Utara kembali menembakkan rudal di lepas pantai timurnya pada hari Rabu (02/10/2019). Jumlah rudal yang ditembakkan berbeda antara pendapat Korea Selatan dan Jepang. Jika Seoul menyebut satu rudal ditembakkan, Tokyo mengatakan ada dua dengan salah satunya jatuh di zona ekonomi ekslusif milik negara tersebut. Korea Selatan juga mengatakan ada kemungkinan rudal diluncurkan dari kapal [&hellip;]

Rekomendasi

Miskin dan Terisolasi, Bagaimana Korea Utara Bisa Membuat Rudal Canggih?