25 Mei 2023 08:01 WIB
Penulis: Drean Muhyil Ihsan
Editor: Drean Muhyil Ihsan
JAKARTA - Kondisi keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dinilai cukup mengkhawatirkan akibat dari penerbitan global bonds yang akan digunakan untuk membayar utang kembali (refinancing).
Chief Analyst Deu Calion Futures (DCFX) Lukman Leong menilai tujuan refinancing perseroan dalam penerbitan surat utang akan menjadi sentimen negatif bagi perseroan.
“Karena bukan untuk pengembangan bisnis, maka langkah (penerbitan) obligasi untuk bayar utang tidak beda dengan gali lubang tutup lubang,” ujarnya kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Lukman turut mengomentari pemangkasan target global bonds PGEO dari US$600-800 juta menjadi hanya US$400 juta. Menurutnya kekhawatiran akan gagal bayar yang terlalu besar disinyalir menjadi penyebab utama pemangkasan target tersebut.
Rating Buruk
Dia mengatakan peringkat atau rating BBB- dari Fitch Ratings menjadi salah satu faktor utama pemangkasan target surat utang luar negeri PGEO. “Ini jadi sentimen buruk ya, dengan rating seperti itu pelaku pasar melihat risiko gagal bayarnya terlalu besar.”
- Newcastle Lolos Liga Champions, Cristiano Ronaldo Jadi Gabung?
- Gojek dan Korlantas Polri Perkuat Komitmen Bersama Keselamatan Berkendara
- INFO BMKG: Prakiraan Cuaca Hari Ini 24 Mei 2023 dan Besok untuk Wilayah DKI Jakarta
Selain itu, Lukman juga melihat adanya sentimen kurang baik dari bisnis perseroan yang dinilai belum menjanjikan bagi para investornya. “Saya lihat industri energi panas bumi juga masih banyak risiko dan susah profitable."
Bahkan, Lukman khawatir perseroan tidak mampu menyiapkan dana US$600 juta untuk membayar utang sindikasi yang akan jatuh tempo pada Juni mendatang. “Susah (untuk melunasi), saya kira bisa menyebabkan gagal bayar untuk pinjaman yang awal.”
Refinancing Lewat Green Bonds
Seperti diketahui, PGEO berencana menerbitkan surat utang berwawasan hijau alias green bonds di luar wilayah Indonesia sebesar US$400 juta atau sekitar Rp6 triliun dengan kupon 5,15% per tahun yang jatuh tempo pada tahun 2028.
Anak usaha Pertamina tersebut akan menggunakan dana hasil emisi obligasi untuk melunasi seluruh sisa utang jangka pendek sebesar US$600 juta yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023. Namun, perseroan hanya memangkas nilai emisi obligasi sebesar US$400 juta dari targer sebelumnya US$600-800 juta.
- 6 Cara Mendinginkan HP yang Panas, Bantu Cegah Kerusakan Ponsel!
- Coldplay Tambah Hari Konser di Taiwan dan Australia, Sinyal Baik untuk Indonesia?
- Kejagung Periksa 6 Saksi Terkait Kasus Korupsi Proyek Fiktif Waskita Karya (WSKT)
Sementara itu, dalam laporan keuangannya perseroan menyatakan per 31 Desember 2022, perseroan memiliki saldo modal kerja negatif senilai US$424.475. Modal kerja negatif menunjukkan bahwa utang lancar perseroan lebih besar dibandingkan dengan aset lancarnya.
Pada saat bersamaan, total utang PGEO tercatat mencapai US$943,28 juta terdiri dari pinjaman bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun senilai US$327,7 juta. Sedangkan utang jangka pendek atau utang lancar perseroan tercatat masih sekitar US$615,58 juta.