IDHAM.png

JAKARTA – Dalam sebuah perbincangan yang mendalam dan informatif, Wirausahawan sekaligus mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengungkapkan ketertarikannya untuk menambahkan Bitcoin ke dalam portofolio investasinya. Ia menyebut ingin mengalokasikan sekitar 1% investasinya ke aset kripto, namun masih mendalami cara menganalisisnya.Pertanyaan ini dijawab secara panjang lebar oleh Timothy Ronald, pendiri dan CEO Akademi Crypto, yang memberikan sudut pandang unik mengenai Bitcoin sebagai kelas aset yang berbeda dari cryptocurrency pada umumnya.Mengapa Istilah “Cryptocurrency” Menyesatkan?Menurut Timothy, banyak orang keliru memahami cryptocurrency karena terminologi yang digunakan. Ketika mendengar kata "cryptocurrency", orang langsung berpikir tentang uang digital untuk pembayaran, seperti remitansi atau tukar barang.“Makanya banyak orang mikir, buat apa investasi? Beli stablecoin atau Bitcoin buat tukar apartemen. That's it,” ujar Timothy dalam podcast dengan Sandiaga Uno di kanal YouTube miliknya, dikutip Senin, 19 Mei 2025. Padahal, menurutnya, Bitcoin lebih tepat dikategorikan sebagai aset properti digital dibandingkan sekadar mata uang digital.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/peran-ikonik-yang-mengubah-takdir-momen-emas-para-bintang-k-drama">Peran Ikonik yang Mengubah Takdir, Momen Emas Para Bintang K-Drama</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/7-artis-papan-atas-yang-ubah-investasi-properti-jadi-ladang-emas-ada-taylor-swift">7 Artis Papan Atas yang Ubah Investasi Properti jadi Ladang Emas, Ada Taylor Swift</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/makanan-indonesia-masuk-daftar-tumisan-terenak-di-dunia-2025-ada-sambal-goreng">Makanan Indonesia Masuk Daftar Tumisan Terenak di Dunia 2025, Ada Sambal Goreng</a></li></ul>Tiga Kategori Aset Kripto: Currency, Property, dan EquityTimothy menjelaskan bahwa aset kripto seharusnya dibagi menjadi tiga kategori utama:<ol><li>Currency (mata uang) – seperti USDT dan USDC (stablecoin) yang nilainya ditambatkan ke dolar AS.</li><li>Equity (saham/venture capital-like) – seperti Ethereum, Solana, BNB yang dikelola oleh organisasi tertentu dan mirip dengan perusahaan startup.</li><li>Property (properti digital) – Bitcoin masuk ke kategori ini karena tidak ada entitas yang benar-benar mengontrol atau menciptakannya, mirip dengan properti fisik seperti tanah atau real estate.</li></ol>“Bitcoin itu seperti properti di Manhattan, tapi bisa ditransfer ke mana pun, kapan pun, tanpa batasan,” jelasnya.Kenapa Bitcoin Dinilai Seperti Properti?Sandiaga Uno pun menanggapi, bahwa Bitcoin punya karakteristik yang mirip dengan properti karena adanya keterbatasan pasokan (scarcity) dan tidak ada institusi yang "mencetak" Bitcoin secara sewenang-wenang.Timothy menambahkan, “Ada 21 juta blok Bitcoin. Nggak bisa ditambah. Seperti properti yang jumlahnya terbatas. Tapi bedanya, Bitcoin bisa dipecah-pecah sampai 0,00000001 dan bisa dipindahkan ke mana pun.”<ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/bitcoin-diproyeksi-cetak-rekor-tertinggi-sebelum-akhir-mei-2025">Bitcoin Diproyeksi Cetak Rekor Tertinggi Sebelum Akhir Mei 2025</a></li></ul>Bitcoin sebagai Solusi Aset Global, Terutama di Negara Berinflasi TinggiDalam percakapan tersebut, Timothy menyoroti bagaimana Bitcoin telah menjadi pilihan utama masyarakat di negara-negara dengan hiperinflasi tinggi, seperti Turki dan Argentina. Di Turki misalnya, banyak warga bahkan menggunakan Bitcoin sebagai alat transaksi harian karena mata uang lokal, Lira, terus mengalami penurunan drastis.“Di Turki itu, 91% masyarakat pakai Bitcoin. Bahkan beli apartemen pun pakai Bitcoin,” katanya. Bandara di Istanbul bahkan dihiasi nama exchange kripto seperti BTCTurk, saking populernya penggunaan Bitcoin di sana.Bitcoin sebagai Aset Kelas GlobalTimothy menyebutkan bahwa total kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini sudah mencapai sekitar US$1,6 triliun, lebih tinggi dari Produk Domestik Bruto (PDB) beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.“Bitcoin itu udah jadi asset class ke-89 di dunia. Dan saya rasa bisa naik sampai US$20 triliun dalam lima tahun ke depan,” katanya optimistis.Ia membandingkan Bitcoin dengan aset lain seperti:<ul><li>Properti dan saham: sekitar US$110 triliun</li><li>Emas: sekitar US$19 triliun</li><li>Barang koleksi (mobil, seni, jam tangan): sekitar US$20 triliun</li></ul>Inflasi, Devaluasi Mata Uang, dan Daya Tarik BitcoinSandiaga sempat menyinggung fenomena devaluasi rupiah, dan bagaimana para orang kaya di Indonesia menyimpan kekayaan dalam bentuk dolar atau aset luar negeri.Timothy menjelaskan, justru fenomena seperti ini membuat Bitcoin semakin menarik. Ia menyebut bahwa Bitcoin memiliki tingkat pengembalian tahunan sekitar 108% dalam 15 tahun terakhir. Bahkan jika dibagi tiga pun, ekspektasinya masih 30% per tahun.“Saya nggak pernah lagi investasi lain. Bitcoin aja cukup. Karena dia mengalahkan semua aset konvensional,” ungkapnya.Bitcoin: Aset Pribadi yang Tidak Bisa Disita atau DisalinTimothy menyebut Bitcoin sebagai “uang digital pertama yang tidak bisa di-copy”. Blockchain yang mendasarinya membuat semua transaksi tercatat secara permanen dan tidak bisa dibalik. Setiap 10 menit, sistem Bitcoin mencatat blok baru secara otomatis dan dapat diaudit siapa saja.“Federal Reserve terakhir diaudit 50 tahun lalu. Bitcoin diaudit setiap 10 menit,” ujarnya. Bahkan, dengan Bitcoin, seseorang bisa membawa seluruh kekayaannya hanya dalam ingatan, dan pindah ke negara lain tanpa jejak transaksi.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/india-eksportir-terbesar-batu-bara-ri-adakah-efek-perang-kashmir">India Importir Terbesar Batu Bara RI, Adakah Efek Perang Kashmir?</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/panasonic-digoyang-rencana-phk-10-ribu-pekerja">Panasonic Digoyang Rencana PHK 10 Ribu Pekerja</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/respons-pasar-usai-as-china-sepakati-penurunan-tarif-impor">Respons Pasar Usai AS-China Sepakati Penurunan Tarif Impor</a></li></ul>Bitcoin untuk Jangka Panjang, Bukan untuk TradingSandiaga menegaskan bahwa pendekatan ini memang lebih cocok untuk jangka panjang, bukan untuk trading harian.Timothy pun mengiyakan. “Saya invest di Bitcoin untuk 20–25 tahun ke depan. Ini bukan buat trading. Ini adalah bentuk kekayaan yang bisa diakses siapa saja, kapan saja, dan dari mana saja.”Dengan keterbatasan suplai, kemampuan untuk dibagi dalam pecahan kecil, dan sifatnya yang global serta independen dari sistem keuangan negara mana pun, Bitcoin dinilai sebagai properti digital masa depan bagi investor yang berpandangan panjang.

bitcoin-dollar.jpg

Dalam sebuah perbincangan yang mendalam dan informatif, Wirausahawan sekaligus mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengungkapkan ketertarikannya untuk menambahkan Bitcoin ke dalam portofolio investasinya. Ia menyebut ingin mengalokasikan sekitar 1% investasinya ke aset kripto, namun masih mendalami cara menganalisisnya.

Harga Emas Hari Ini

Kepemilikan Bitcoin Bisa Dianggap seperti Punya Properti di Manhattan, Begini Penjelasannya