January 28, 2021, 01:35 PM UTC
Penulis: Aprilia Ciptaning
Pemerintah resmi menurunkan harga gas industri. / Dok. Kementerian ESDM
JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mendukung program substitusi impor 35% yang akan dijalankan pada 2022. Hal ini, kata dia, berguna untuk menekan impor salah satunya produk kaca lembaran tidak berwarna.
Produk tersebut diketahui sebagai pangsa terbesar di Indonesia. Produsen lokal pun didorong untuk memperkuat produksi kaca lembaran tidak berwarna. Sementara untuk target 2021, Yustinus mematok angkanya naik 5%.
- Rapat Paripurna Pembukaan Masa Sidang IV, 86 Anggota DPR Hadir Secara Fisik
- Konsumen Makin Yakin, Pengeluaran Merangkak Naik
- Utilisasi dan Investasi Jadi Andalan untuk Capai Substitusi Impor 35 Persen
“Kami menargetkan tumbuh 5 persen karena ada penopang dari program vaksinasi,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang dikutip TrenAsia.com, Kamis, 28 Januari 2021.
Di samping itu, ia menilai implementasi kebijakan harga gas industri sebesar US$6 per MMBTU telah membantu menaikkan daya saing dan utilitas anggotanya.
Diketahui, kebijakan ini memang berhasil menaikkan utilisasi produksi industri kaca lembaran hingga 67,5% pada akhir 2020. Padahal sebelumnya, utilisasi produk ini sempat merosot sebesar 43,2%.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam mengungkapkan, pihaknya akan mengimplementasikan sejumlah strategi, salah satunya pengendalian impor.
Hal ini dilakukan melalui kebijakan pengendalian tata niaga impor kaca dan pembatasan pelabuhan masuk (bongkar) di wilayah Dumai dan Bitung. Selain itu, ada pemberlakuan dan pengetatan pengawasan SNI wajib.
“Kami optimistis berbagai kebijakan ini bisa memacu daya saing industri kaca lembaran di Indonesia,” tuturnya.
Potensi Produksi
Ia menjelaskan, potensi kapasitas produksi industri kaca lembaran nasional saat ini mencapai 1,3 juta ton per tahun. Hasil digunakan untuk memenuhi kebutuhan sejumlah sektor hilir, antara lain industri kendaraan bermotor (90%), bangunan (70%), serta interior dan kosmetik lain-lain (10%).
Ia yakin, pertumbuhan industri kaca nasional akan terus meningkat setiap tahun. Pemerintah pun fokus pada penguatan rantai pasok untuk menjamin ketersediaan bahan bakunya.
Sektor industri yang menerima manfaat insentif harga gas USD6 per MMBTU diharapkan melakukan ekspansi.
“Kalau jika kinerjanya tidak bagus, harga gas industri berkemungkinan untuk dinaikkan menjadi US$6,5 per MMBTU atau US$7 per MMBTU,” ujarnya.