September 28, 2020, 05:16 PM UTC
Penulis: Ananda Astri Dianka
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga angin sebagai sumber energi baru terbarukan. / Esdm.go.id
JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif berkomitmen mengedepankan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam pemulihan iklim investasi.
“Indonesia tengah menyiapkan terobosan kebijakan yang lebih ramah lingkungan kepada para investor,” kata Arifin dalam pertemuan G20, dikutip Senin, 28 September 2020.ml
Bersama dengan negara anggota G20, pemerintah Indonesia berkolaborasi melalui Joint Organisations Data Initiative (JODI). Di mana kolaborasi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan keterbukaan data dan informasi. Ini dipastikan menggairahkan investasi energi.
- Erick Thohir Ingin Bank Syariah Indonesia Hasil Merger Masuk 10 Besar Dunia
- Emiten Menara Milik Sandiaga Uno Emisi Obligasi Global untuk Bayar Utang Rp4,9 Triliun
- Kekuasaan Northstar Di DOID Bisa Lepas
- Dalam 3 Minggu Kekayaan Sandiaga Uno Bertambah Rp1,5 Triliun
- DPR Setujui Listyo Sigit Prabowo jadi Kapolri, Ini 8 Janjinya
Selain itu, dibahas pula rancangan pola mitigasi emisi karbon yang berpengaruh pada perubahan iklim yang diakibatkan oleh gas rumah kaca. Adapun, pola mitigasi akan disesuaikan dengan masing-masing negara.
“Kami tegaskan lagi, penting menggunakan berbagai macam sumber energi dan kemungkinan teknologi dalam penerapan Circular Carbon Economy (CCE) Paltform, termasuk sampah, gas, dan panas bumi,” ungkap Arifin.
Implementasi Teknologi
Salah satu implementasi teknologi yang menjadi jawaban dalam mengurangi mengurangi pemanasan global adalah Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS).
“Kami mengundang negara-negara anggota G20 jika berminta melakukan kajian baik teknis maupun non-teknis CCS atau CCUS pada proyek pembangunan (energi) di Indonesia,” ujar Arifin.
Bertepatan dengan Hari Jadi Pertambangan dan Energi, Arifin mengakui terjadi penurunan permintaan energi yang berdampak pada lesunya beberapa komoditas di pasar global. Namun, dalam hal ini pemerintah mengeluarkan stimulus tarif listrik kepada 33 juta pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.
“Stimulus ekonomi ini bersifat sementara, menjadi pengejawantahan dari wujud kehadiran negara bagi masyarakat terdampak,” tegas Arifin.
Dalam penyediaan listrik, rasio elektrifikasi telah meningkat menjadi 98,8%. Sementara kapasitas terpasang pembangkit listrik nasional hingga saat ini telah mencapai lebih dari 71 Giga Watt (GW).
Angka ini naik 1,3 GW dibandingkan akhir tahun 2019 lalu sebesar 69,7 GW.