IDHAM.png

JAKARTA - <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/pt-bank-rakyat-indonesia-persero-tbk">PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk</a> (BRI/BBRI) tetap optimistis dalam penyaluran kreditnya meskipun suku bunga tengah berada pada level yang tinggi.&nbsp; Pada laporan kinerja kuartal-I 2024, Wakil Direktur Utama <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/pt-bank-rakyat-indonesia-persero-tbk">BRI</a>, Catur Budi Harto, mengungkapkan bahwa meskipun sektor perbankan menghadapi likuiditas yang ketat akibat suku bunga tinggi, BRI berhasil menjaga rasio likuiditasnya tetap stabil.&nbsp; Rasio kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) alias Loan to Deposit Ratio (LDR) <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/pt-bank-rakyat-indonesia-persero-tbk">BRI </a>pada Maret 2024 mencapai 83,28%. Selain itu, modal BRI yang kuat juga mempertahankan nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 23,97%.&nbsp; "BRI masih memiliki ruang untuk pertumbuhan yang lebih tinggi," kata Catur saat menyampaikan laporan kinerja <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/pt-bank-rakyat-indonesia-persero-tbk">BRI </a>kuartal I-2024 yang ditayangkan secara virtual, Kamis, 25 April 2024.&nbsp;<ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/beban-bunga-melonjak-laba-bersih-bri-tumbuh-2-47-persen">Beban Bunga Melonjak, Laba Bersih BRI Tumbuh 2,47 Persen</a></li></ul>Kualitas kredit yang disalurkan oleh <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/pt-bank-rakyat-indonesia-persero-tbk">BRI </a>juga menunjukkan performa yang baik. Rasio kredit bermasalah atau Non-performing Loan (NPL) terjaga di angka 3,11%, sedangkan kredit berisiko (Loan at Risk/LAR) menunjukkan peningkatan dari 16,39% di Kuartal-I 2023 menjadi 12,70% di Kuartal-I 2024.&nbsp; Direktur Utama BRI, Sunarso, juga menyoroti tantangan global dan domestik yang memaksa pelaku industri, termasuk perbankan, untuk merespons dengan bijak.&nbsp; Mengenai kenaikan suku bunga yang bertujuan untuk mengendalikan inflasi dan stabilitas nilai tukar, Sunarso mengakui bahwa dampaknya akan dirasakan oleh semua pihak, termasuk perbankan.&nbsp; Namun, kenaikan suku bunga dikatakan Sunarso sebagai keputusan yang logis dan rasional yang pada gilirannya harus diikuti oleh pasar.&nbsp; Meskipun BRI harus bekerja keras untuk mempertahankan likuiditas di era suku bunga tinggi, kondisi permodalannya yang solid membuat Sunarso yakin bahwa BRI tidak akan terpengaruh secara signifikan.&nbsp;<ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://m.trenasia.com/aset-kelolaan-wealth-management-bri-tumbuh-21-persen-pada-kuartal-pertama-tahun-ini">Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21 Persen pada Kuartal Pertama Tahun Ini</a> &nbsp;</li></ul>Dengan LDR Perseroan di level 83%, BRI disebut Sunarso memiliki likuiditas yang cukup untuk pertumbuhan kredit. Kendati demikian, Sunarso mengungkapkan kegelisahannya jika LDR BRI meningkat melebihi angka optimalnya, yaitu 90-92%.&nbsp; "Bagi BRI dengan LDR sebesar itu (83%) kita kita akan pertahankan LDR, tapi bukan berarti kita ngerem kredit," kata Sunarso.&nbsp; Dengan demikian, meskipun suku bunga tinggi dan tantangan likuiditas menjadi isu yang harus dihadapi, BRI dengan kekuatan modalnya tetap optimis dan siap untuk menyesuaikan diri dengan kondisi pasar yang dinamis.&nbsp; Sebagai informasi, BRI telah mencatatkan keberhasilan dengan mencapai laba bersih konsolidasi yang berjumlah Rp15,88 triliun pada kuartal pertama tahun 2024. Pertumbuhan ini menunjukkan kenaikan sebesar 2,47% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.&nbsp; Peningkatan laba bank ini didorong oleh kenaikan pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) yang mencapai Rp35,95 triliun, meningkat sebesar 9,7% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun sebelumnya.&nbsp;<ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/bbca-bbri-dan-tlkm-pimpin-net-sell-asing-kala-ihsg-terperosok">BBCA, BBRI dan TLKM Pimpin Net Sell Asing Kala IHSG Terperosok</a></li></ul>Meskipun demikian, terdapat penurunan tipis pada margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) BBRI yang turun sebesar 8 basis poin, dari 6,67% pada kuartal I tahun 2023 menjadi 6,59% pada kuartal I tahun 2024. Namun, laba bank tetap mendapatkan dorongan dari pendapatan berbasis komisi atau fee-based income yang mencapai Rp5,43 triliun, mengalami kenaikan sebesar 7,1% dibandingkan tahun sebelumnya.&nbsp; Dalam hal efisiensi operasional, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) mencapai 67,73% pada kuartal I tahun 2024. Sementara itu, cost to income ratio (CIR) berhasil menurun dari 37,37% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 34,25%.&nbsp; Dari segi pemberian kredit, BRI berhasil menyalurkan kredit dan pinjaman syariah sebesar Rp1.250,82 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 10,95% dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun total aset bank mengalami peningkatan sebesar 9,11% menjadi Rp1.989,07 triliun pada kuartal I tahun 2024.&nbsp; Mengenai kualitas kredit, rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) gross BBRI berada pada 3,27% pada kuartal pertama tahun 2024. Sementara NPL net mencapai 1%.&nbsp; Dari sisi pendanaan, BBRI berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.416,21 triliun, mengalami kenaikan sebesar 12,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) juga mengalami kenaikan sebesar 7,8% menjadi Rp873,29 triliun.

Logo BRI di Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Jl Jend Sudirman Jakarta Pusat. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia

Update Logo BRI - Panji 1.jpg

Logo BRI di Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Jl Jend Sudirman Jakarta Pusat.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI/BBRI) tetap optimis dalam penyaluran kreditnya meskipun suku bunga tengah berada pada level yang tinggi. 


Rekomendasi

BRI Pede Kredit Berseri walau BI-Rate Kian Tinggi