08 Maret 2023 20:17 WIB
Penulis: Drean Muhyil Ihsan
Editor: Drean Muhyil Ihsan
JAKARTA – Spekulasi pengetatan moneter The Fed yang lebih agresif memicu volatilitas pasar yang tinggi, sehingga Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal terus menerapkan kebijakan stabilisasi melalui intervensi pasar.
Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto memprediksi kebijakan hawkish The Fed akan terus berlanjut dalam jangka menengah. “Penguatan dolar AS masih terus berlanjut, lebih konsisten dari perkiraan kami sebelumnya,” tulis dia melalui riset yang diterima Rabu, 8 Maret 2023.
Rupiah kembali ditutup melemah pada level Rp15.437 per dolar AS, Rabu, 8 Maret 2023. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah juga mengalami koreksi di kisaran Rp15.362 per dolar atau terdepresiasi 0,7% month-to-date (mtd). Menambah rentetan terlemahnya dalam hampir dua bulan terakhir.
- Benarkah Screenshot Status di WhatsApp Bisa Ketahuan Pemilik Akun? Ini Penjelasannya
- Dirjen Pajak Usut 6 Perusaan dan Konsultan Terafiliansi Rafael Alun
- Gelapkan Dana Rp9 T, Crazy Rich Surabaya Pendiri Auto Trade Gold Diringkus Polres Malang
Sementara itu, BI mengeluarkan instrumen moneter baru yang disebut FX Term Deposit (TD) valas DHE, mulai 1 Maret 2023 untuk memfasilitasi penempatan dana hasil ekspor melalui rekening khusus di 20 bank yang ditunjuk sesuai mekanisme pasar.
“Kebijakan ini diatur dalam PBI No.24/18/PBI/2022 sebagai bagian dari implementasi hasil Rapat Dewan Gubernur BI Desember 2022 untuk memperkuat stabilitas rupiah,” paparnya.
Dengan kemungkinan berlanjutnya penguatan dolar AS dalam jangka menengah, Rully memperkirakan BI akan terus melakukan kebijakan stabilisasi melalui intervensi pasar.
Saat ini, cadangan devisa BI mencukupi untuk mendukung kebijakan stabilisasi mata uang yang mencapai US$140,3 miliar, setara dengan 6,2 bulan impor, atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.