JAKARTA – Pernahkah Anda membeli sesuatu barang hanya karena ‘lapar mata’? Misalnya ketika pergi ke minimarket untuk membeli sabun mandi dan pasta gigi yang habis di rumah, Anda malah tidak sengaja berkunjung ke rak makanan ringan lalu memutuskan membeli&nbsp;snack&nbsp;dan coklat dengan potongan harga yang menggiurkan.&nbsp;Akhirnya Anda pulang ke rumah malah membeli barang lebih banyak daripada yang dibutuhkan yaitu membeli tambahan belanjaan berupa makanan ringan karena tergiur promo.&nbsp;Adakalanya saat melihat banyak barang, kita merasa tergoda untuk berbelanja karena timbul rasa penasaran, atau rasa takut menyesal jika tidak memanfaatkan promo dan potongan harga yang ditawarkan.&nbsp;<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/flip-kantongi-dana-segar-dari-pendanaan-seri-b-sebesar-rp-688-miliar">Flip Kantongi Dana Segar dari Pendanaan Seri B Sebesar Rp688 Miliar</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/cara-melihat-story-instagram-secara-diam-diam-tanpa-install-aplikasi-khusus">Cara Melihat Story Instagram Secara Diam-diam Tanpa Install Aplikasi Khusus</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/tips-sukses-untuk-milenialala-susi-pudjiastuti">Tips Sukses untuk Milenial&nbsp;ala Susi Pudjiastuti</a></li></ul>Padahal kita tidak benar-benar membutuhkan barang tersebut, alhasil kita memutuskan untuk membeli produk atau jasa&nbsp;secara tidak terencana. Keputusan yang terjadi secara tiba-tiba tersebut dinamakan&nbsp;impulsive buying (pembelian impulsif).Terlebih, dua hari lagi puncak gelaran Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2021 yang jatuh pada 12 Desember 2021 akan segera tiba. Bisa dipastikan, seluruh e-commerce dan layanan pendukungnya menawarkan promo akhir tahun besar-besaran.&nbsp;Jika cermat, momentum Harbolnas bisa membantu Anda menghemat pengeluaran. Tetapi, jika Anda menuruti nafsu untuk berbelanja tanpa perhitungan, maka yang terjadi akan sebaliknya yaitu jebolnya pengeluaran.Pada dasarnya impulsif merupakan hal yang manusiawi, namun jika pembelian impulsif menjadi sebuah kebiasaan tentunya hal ini akan merugikan kondisi kesehatan keuangan Anda. Permasalahannya adalah seseorang yang gemar melakukan&nbsp;pembelian impulsif terletak pada dirinya sendiri, bukan terjadi atas kesalahan orang lain.&nbsp;<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/gerhana-matahari-total-terjadi-hari-ini-catat-wilayah-yang-bisa-menyaksikannya">Gerhana Matahari Total Terjadi Hari Ini! Catat Wilayah yang Bisa Menyaksikannya</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/satoshi-nakamoto-pencipta-bitcoin-ini-tetap-menjadi-hantu">Satoshi Nakamoto, Pencipta Bitcoin ini Tetap Menjadi Hantu</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/desa-nglanggeran-gunung-kidul-jadi-desa-wisata-terbaik-dunia-2021">Desa Nglanggeran Gunung Kidul Jadi Desa Wisata Terbaik Dunia 2021</a></li></ul><h4>Tips Mencegah Impulsive Buying</h4>Anda tidak dapat menyalahkan pihak pemasaran&nbsp;yang melakukan promosi. Pembelian impulsif tidak akan terjadi jika Anda memiliki pengendalian diri dan perencanaan keuangan yang baik.&nbsp;Melansir dari laman sikapiuangmu.ojk.go.id, berikut adalah beberapa tips untuk menghindari godaan diri menghadapi pembelian impulsif:1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;Lakukanlah perencanaan keuangan yang matang dan baik untuk mencapai tujuan keuangan yang diinginkan.2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;Bedakan antara pengeluaran yang sifatnya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan agar tidak terjebak oleh promo.3.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;Bijak dalam memanfaatkan produk keuangan ketika berbelanja, jangan sampai tergoda fasilitas yang diberikan dari produk penyedia jasa keuangan tetapi malah berakibat pada pemborosan (misalnya kemudahan cicilan kartu kredit,&nbsp;pay later, dan lainnya).Sebagai acuan dalam perencanaan&nbsp;keuangan,&nbsp;Anda dapat menyisihkan pendapatan yang diperoleh ke dalam beberapa pos anggaran misalnya 10% untuk dana sosial, minimal 20% untuk diinvestasikan, dan maksimal 30% untuk membayar cicilan utang. Kemudian&nbsp;sisa&nbsp;40% dapat dihabiskan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari.&nbsp;Pada kenyataannya, seringkali penghasilan akan habis tanpa sisa untuk diinvestasikan atau ditabung. Bedakan antara kebutuhan dengan keinginan, serta hindari berutang untuk membiayai keinginan yang tidak produktif karena hanya akan menambah beban Anda, yang pada akhirnya membuat keadaan keuangan keluarga terpuruk, akibat besarnya cicilan utang, dan gagal untuk mencapai tujuan keuangan.Selain melakukan perencanaan keuangan, Anda juga perlu bijak dalam memanfaatkan produk keuangan dalam berbelanja. Misalnya dalam menggunakan aplikasi&nbsp;pay later,&nbsp;ingat selalu bahwa&nbsp;pay later&nbsp;merupakan utang sehingga Anda harus membatasi transaksi yang menggunakan fasilitas&nbsp;pay later&nbsp;agar tidak lebih dari 30% penghasilan Anda.&nbsp;Selanjutnya adalah bijak dalam menggunakan kartu kredit. Seringkali kemudahan yang ditawarkan kartu kredit membuat Anda semakin sering melakukan pembelian impulsif.&nbsp;

ANANDA.png

Warga mengakses salah satu platform e-commerce untuk berbelanja secara daring melalui gawai dalam rangka Hari Belanja Online Nasional atau &#8216;Harbolnas 11.11&#8217; di Tangerang, Banten, Rabu, 11 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

kemeriahan-harbolnas-9

Awas Kantong Jebol! Simak Tips Agar Tak Belanja Impulsif di Harbolnas 2021