November 01, 2020, 06:02 AM UTC
Penulis: AZ
Badai Goni/Severe Weather Europe
MANILA- Ribuan penduduk wilayah selatan pulau Luzon, Filipina dievakuasi sebagai antisipasi menjelang datangnya Topan Goni, satu dari lima badai terkuat di dunia tahun ini yang diprediksi akan menerjang kawasan itu.
Dengan kecepatan rata-rata angin 215 km/jam dan dapat mencapai 265 km/jam, Topan Goni akan menerjang Filipina pada Minggu 1 November 2010 menjadi topan terkuat yang mengguncang negara itu sejak Topan Haiyan pada November 2013 yang menewaskan lebih dari 6.300 orang.
- BUMN ASDP Bangun Megaproyek Bakauheni Harbour City
- IHSG Berpeluang Menguat, ADRO, BBCA, WIKA Layak Dicermati
- Cek Fakta: Darurat Uang Negara, BI Cetak Duit Rp300 Triliun
- WFH Bikin Tren Anak Muda Ngebet Beli Rumah 2021
- Wow! YouTube Bayar Konten Kreator Rp423 Triliun
Evakuasi warga dimulai dari wilayah pesisir dan area yang rawan longsor di provinsi Camarines Norte dan Camarines Sur, sementara otoritas provinsi Albay meminta penduduk di area yang berisiko untuk meninggalkan sementara rumah mereka, kata pejabat penanggulangan bencana, Gremil Naz.
“Kekuatan topan ini tidak main-main,” kata Naz sebagaimana dikutip Reuters dari radio DZBB Sabtu 31 Oktober 2020.
Pekan lalu, Filipina diterjang Topan Molave yang menewaskan 22 orang–kebanyakan karena tenggelam di wilayah selatan dari Ibu Kota Manila, yang juga memproyeksikan rute yang akan dilalui Topan Goni esok.
Topan Goni, yang bergerak ke wilayah barat dengan kecepatan 20 km/jam dari Samudera Pasifik, akan membawa hujan deras di wilayah ibu kota dan 14 provinsi sekitarnya pada Sabtu malam, serta memungkinkan terjadinya banjir dan tanah longsor.
Otoritas menghadapi tantangan lain, yakni dengan keharusan menerapkan protokol kesehatan terkait COVID-19 dalam proses evakuasi demi mencegah penularan virus.
Bantuan kebutuhan dasar, mesin berat, dan alat pelindung diri telah disiapkan di sejumlah titik vital, kata Filipino Grace Amerika, wali kota Infanta di provinsi Quezon, kepada DZBB.
“Namun karena pandemi COVID-19, dana kami untuk hal terkait bencana dan pengeluarannya tidak mencukupkan,” ujar dia.
Di sisi lain, otoritas juga meminta penghentian operasional pelabuhan dan melarang nelayan untuk berlayar.