Amerika Ragu Bisa Ambil Puing Reaper, Rusia Yakin Bisa

16 Maret 2023 10:15 WIB

Penulis: Amirudin Zuhri

Editor: Ananda Astri Dianka

WASHINGTON-Amerika Serikat ragu bisa mengambil bangkai drone MQ-9 Reaper yang jatuh di Laut Hitam. Sementara Rusia secara terbuka mengatakan akan berusaha mengambil puing-puing pesawat tak berawak tersebut.

Juru Bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan  drone yang jatuh ke Laut Hitam setelah diduga ditabrak  jet tempur Rusia mungkin tidak akan pernah ditemukan. 

“Laut Hitam sangat dalam,” katanya. Namun demikian  penilaian terus dilakukan. Kirby menegaskan puing drone itu tetap milik Amerika dan jatuh di wilayah internasional. Mereka akan menghalangi siapapun yang berusaha untuk mengambilnya.

Amerika saat ini kemungkinan tidak memiliki kemampuan untuk memulihkan drone tersebut. Ini karena aset yang terbatas di Laut Hitam. Sementara lalu lintas kapal militer untuk bisa masuk laut hitam telah sangat dibatasi.

Di bagian lain Rusia mengatakan akan berusaha menemukan dan memulihkan drone tersebut. Nikolai Patrushev, sekretaris dewan keamanan Federasi Rusia mengatakan upaya itu memang tidak akan mudah. Tetapi dia menegaskan Rusia memiliki kemampuan mencari dan memulihkan benda dari laut dalam.  Dia yakin upaya Rusia akan berhasil.

Insiden tersebut oleh Patrusev juga disebut sebagai konfirmasi terbaru bahhwa Amerika secara langsung berpartisipasi dalam konflik di Ukraina.

Kremlin juga menyebut insiden drone dan Su-27 di atas Laut Hitam semakin menunjukkan hubungan Rusia dan Amerika dalam titik terendah.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan tidak ada kontak tingkat tinggi dengan Amerika atas insiden tersebut. “Meskipun   Rusia tidak akan pernah menolak untuk terlibat dalam dialog yang konstruktif,” katanya.

Secara terpisah Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken mengatakan jatuhnya drone MQ-9 ke Laut Hitam sedang diselidiki. Blinken kembali menggambarkan insiden yang terjadi pada 14 Maret 2023 itu sebagai tindakan  sembrono dan tidak aman Rusia.

Komentar Blinken datang pada hari yang sama ketika Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuduh Amerika mengabaikan fakta bahwa Rusia telah menetapkan pembatasan ruang udara di daerah di mana drone itu diterbangkan. Pembatasan ini diberlakukan setelah dimulainya konflik di Ukraina.

Tetapi Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin mengatakan Amerika akan terus terbang di mana pun hukum internasional mengizinkan. “Pesawat Rusia harus lebih berhati-hati. Episode berbahaya ini merupakan bagian dari pola tindakan agresif, berisiko, dan tidak aman oleh pilot Rusia di wilayah udara internasional,” katanya.

Seorang pejabat militer Amerika yang tidak disebutkan namanya telah memberikan gambaran yang lebih rinci tentang insiden tersebut. Kepada media PBS pejabat itu mengatakan  kontak antara jet dan drone bukan sesuatu yang terkendali. Dia menyebut pilot Rusia itu meluncur ke arah drone di luar kendali hingga menabrak baling-baling. Pejabat itu memastikan ini bukan hasil tindakan pilot profesional. Tetapi pilot dengan jam terbang rendah.

Sementara itu kantor berita TASS milik negara Rusia tidak membahas banyak tentang kronologi insiden. Tetapi lebih menekankan  bahwa drone Amerika mengumpulkan data untuk digunakan pasukan Kyiv guna serangan mereka di masa depan di wilayah dan pasukan Rusia. 

Media yang dikendalikan pemerintah tersebut juga mengutip Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov yang mengatakan tindakan militer Amerika  di dekat perbatasan negara  tidak dapat diterima. Rusia sangat menyadari misi drone tersebut.

 

Berita Terkait